DARMINTO tergopoh pulang menuju rumahnya. Wajahnya merah padam. Digedor-gedor keras pintu rumahnya, sambil berteriak memanggil-manggil istrinya.
“SAR…SARI….!!” Gedobrakkk…
Pintu ternyata tidak dikunci. Segera DARMINTO masuk ke rumahnya dengan cepat. Dilihatnya bilik-bilk kamarnya yang tertutup tirai gorden warna ungu yang sesudah memudar.
“SAR…SARI…!! di mana kau !!
Di dua bilik kamarnya tidak ditemukan istrinya segera DARMINTO berlari ke dapur belakang.
“SAR…SARI..!! di mana kau !!
DARMINTO keluar menuju sumur samping rumah namun tidak juga ditemukannya istrinya. DARMINTO segera kembali masuk kerumahnya. Matanya jalang memerah mencari-cari sesuatu. Sejenak matanya langsung tertuju pada sebuah golok yang terselip di pagar rumahnya disebelah dapur yang terbuat dari tanah. Secepat kilat dia bergerak mengambil golok tersebut dan menyelipkan dipinggangnya.
Kembali DARMINTO keluar dengan mata yang memerah dan berkacak pinggang.
Seketika itu seorang perempuan muda cantik turun dari boncengan sebuah sepeda motor. Dengan tergesa dan mata yang memerah segera DARMINTO menghampiri perempuan cantik yang bernama SARI tersebut. Sementara GOLOK yang terhunus dipegangnya erat-erat di tangan sebelah kanan. Sang Pemuda yang melihat sosok DARMINTO dengan golok yang terhunus tampak pucat dan ketakutan. Sejenak dia menyalakan kembali sepeda motornya dan cepat berlalu pergi meninggalkan SARI yang berdiri sendirian.
DARMINTO berdiri tak berkata-kata, wajahnya serius memandang SARI istrinya.
“Heh KANG.. sudah Pulang?”
DARMINTO masih terdiam memandang istrinya.
“Ada apa KANG?”
Tiba-tiba DARMINTO dengan bibir yang bergetar berkata:
“Heh SAR, AKANG mau tanya sama kamu..kemarin kamu waktu sakit mata obatnya apa?, ini AKANG jadi ketularan kamu tau..”
SARI sambil mengangkat barang belanjaan dari pasar hanya tersenyum.
“Gituh aja kok ribut kayak orang kesetanan gitu...ya sudah masuk dulu itu obatnya ada didalem...terus itu bawa-bawa golok buat apa?”
“Justru itu SAR…aku mau cari pohon sirih….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar