TULISAN-TULISAN BUAH KARYA BUPATI BG (BREBES GEMUYU) .... SEMOGA BISA MENGHIBUR .....

Rabu, 06 Juli 2011

CERITA SINGKAT - S A N T E T

Pagi itu di beranda rumahnya HAJI QOMAR (65) masih terpaku, tatapannya kosong. Butiran-butiran air mata jatuh di pipinya yang sudah berkirut. Nafasnya dihirup dalam-dalam. Kepalanya masih digeleng-gelengkan seakan ada sesuatu di pikirannya yang membuatnya dia tidak percaya. Kembali digeserkannya badan dan kaki kiri-nya namun masih terasa lemah. Sementara jari-jemari kirinya pun kembali di gerak-gerakkannya namun juga lemas tak berdaya. Kursi roda itu terguncang-guncang, ada gejolak jiwa yang menggerakkan maju mundurnya kursi roda itu. Romlah anak bungsunya yang kini menemani hari-harinya dirumah segera berlari dan menghampiri Sang Bapak.


ROMLAH : “Ada apa Pak, sudah Bapak nggak usah banyak pikiran..”
HAJI QOMAR menangis tersedu-sedu,
ROMLAH : “Sudahlah Pak, Sabar…Sabar…”
Tiba-tiba HAJI QOMAR mengatakan sesuatu.

HAJI QOMAR :”Ibumu kemana, NAK?”
ROMLAH : “Ibu lagi ke Pasar Pak, Bapak tadi malam mimpi lagi?”
HAJI QOMAR : “Iya NAK Bapak tidak bisa tidur, begitu mau tidur suara-suara itu datang lagi…menakutkan”
ROMLAH :”Sudahlah Pak….Kan sudah dipagar sama Pak USTADZ..”
HAJI QOMAR terdiam.

-----------------------

Dibelakang rumahnya yang rindang sore itu HAJI QOMAR ditemani sang istri HAJAH AINUN. Dengan penuh kasih saying sang istri menyuapkan nasi ke mulut HAJI QOMAR.


HAJI QOMAR : “NUN, liat kamu itu sejak aku sakit ayam-ayam dan burung-burung itu kayaknya juga ikut jadi kurus-kurus.
HJ. AINUN : “Itu namanya soidaritas sama tuannya…”
HAJI QOMAR tertawa mendengar jawaban istrinya.
HJ. AINUN : “Nah begitu dong tertawa…kan jadi ganteng”
Ada secuil keriangan ditengah kedukaan HAJI QOMAR setelah dua minggu dia dilanda STROKE.

-------------------------

Pukul sepuluh pagi..TELPON berdering, ROMLAH segera beranjak mengangkatnya.

ROMLAH : “Hallo…Assalamu’alaikum…darimana ini..oh Pak USTADZ..iya..ya.. Pak USTADZ BAPAK ada Pak USTADZ…Alhamdulillah tadi malam sudah tidak mimpi lagi…Pak USTADZ… ”
ROMLAH segera menuju ke kamar BAPAKNYA yang sedang tidur. Dibukanya pelan-pelan pintu kamar Bapak-nya. Dilihatnya Haji Komar sedang berbaring dengan mata yang bisa dipejamkan. Didekatinya perlahan Sang Bapak.

HAJI KOMAR :”Telpon dari siapa ROM?’
ROMLAH: “Dari Pak USTADZ Pak…katanya sebentar mau ke sini Pak…”
HAJI KOMAR tampak ingin beranjak dari tempat tidur namun tidak bisa tangan dan kaki kirinya terasa tak bertenaga sama sekali.

--------------------------

Diruang tamu seorang pemuda putih bersih berpeci hitam duduk memandang burung perkutut dalam kandang yang digantungkan di ruang tamu.

Sebentar HAJI KOMAR di dorong dengan kursi roda beserta Istri dan anaknya ROMLAH menemuinya diruang tamu.

HAJAH AINUN : “Assalamu’alaikum Pak USTADZ..maaf agak lama karena repot dengan Bapak ”
USTADZ ROFI’I : “Wa’alaikum Salam….nggak apa2 Bu…”
HAJI QOMAR hanya memandang dan mendengarkan percakapan antara istrinya dengan PAK USTADZ.
USTADZ ROFI’I : “Begini Bu, yah saya sudah mendiagnosa dari awal bahwa sakit BAPAK ini permainan dan kita kan sudah liat semuanya bahwa medical chek up dari dokter pun semuanya baik-baik saja kan Bu…”

HJ. AINUN : “Iyah Pak USTADZ.., tapi betulkan Pak USTADZ yang bikin santet adalah orang itu…”
USTADZ ROFI’I :”Ibu….saya tidak bisa bicarakan itu…tapi ibu kan sudah liat sendiri dalam mimpi setelah istikharoh yang saya suruh kemarin kan….,”
HJ. AINUN : “Iya Pak Ustadz”
USTADZ ROFI’I: “Begini Bu..saya datang ke sini bermaksud nanti pada malam Jum’at saya akan mencoba bawa Pak H. QOMAR ke pesantren guru saya untuk bersama-sama bermanaqib.
HJ. AINUN : “Oh, boleh Pak USTADZ..boleh monggo”

-----------------------------------

Malam itu keluarga HAJAH QOMAR kedatangan anaknya sulungnya yang bernama HAJI BADRI yang kini tampak duduk memegangi HAJI KOMAR yang terbaring di tempat tidur.

HAJI QOMAR : “DRI, kalau tau begini ngapain kita perjuangkan tanah ini semua di Pengadilan yah!, memang dia tidak tau diri…nama dia waktu bayi aja BAPAK yang namain..sekolah sampai dia kawin juga BAPAK semua yang usahaiin”
BADRI : “Sudahlah Pak..sudah..dia mungkin lago khilaf…”
HAJI QOMAR :”Nggak DRI, kalo BAPAK aja yang dia bikin begini mungkin tidak apa-apa, BAPAK takut kamu nanti diginikan juga”
BADRI : “BAPAK nggak usah berpikir begitu..serahkan saja kepada ALLAH”
HAJI QOMAR terdiam.

--------------------------------------

HAJI QOMAR dalam setahun ini dirundung berbagai masalah. Tanah warisan orang tua-nya yang ditempati bareng dengan saudara-saudara kandungnya telah digugat orang. Kepemilikan yang sudah 60 tahun itu tiba-tiba digugat oleh seseorang yang mengaku bahwa tanah warisan tersebut adalah tanah milik orang tua-nya. Akhirnya dalam proses Pengadilan HAJI QOMAR dimenangkan. Namun setelah permasalahan gugatan tersebut selesai ternyata timbul masalah baru. Proses Pengadilan telah memakan banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh HAJI BADRI anak dari HAJI QOMAR, sementara keponakan-keponakan dan saudara kandung HAJI QOMAR sendiri yang tanahnya ikut di gugat sepeserpun tidak ada yang membantu untuk biaya proses Pengadilan karena memang kondisi perekonomian yang miskin.

Salah seorang keponakan HAJI QOMAR dari anak kakaknya yang bernama GANGSAR dan tinggal disebelah rumah HAJI QOMAR pada saat itu menawarkan jasa SUPRANATURAL untuk ikut andil melawan si Penggugat. Namun GANGSAR sengaja memeras HAJI KOMAR karena untuk melakukan ritual tersebut harus dibelikan dua ekor kambing dan HAJI QOMAR harus duduk semedi semalam suntuk di kuburan keramat. HAJI KOMAR menolak mentah-mentah ritual tersebut. Dan sejak saat itu HAJI BADRI dan HAJI KOMAR berjuang sendirian memperjuangkan kepemilikan tanah tersebut hingga menang di pengadilan.

Sementara Kakak dari HAJI QOMAR yang bernama SARIFAH yang tidak memiliki anak sama sekali dan sekarang hidup bersama suaminya dirumah belakang HAJI QOMAR bersedia menjual harga tanah dan rumahnya dengan harga separuh karena yang separuh dia ingin berpartisipasi untuk biaya pengadilan yang dikeluarkan HAJI BADRI.

Mendengar SARIFAH menjual tanahnya kepada HAJI BADRI anak dari HAJI QOMAR, GANGSAR kalap. Pada Saat itu dia bersama dua orang adiknya terang-terangan mendatangi HAJI QOMAR dengan sumpah serapah didepan HAJI QOMAR. HAJI QOMAR limbung mendapat makian dari keponakannya yang selama ini dia telah perhatikan sedari kecil. HAJI QOMAR memang menyadari bahwa GANGSAR dan adik-adiknya mengharapkan warisan dari SARIFAH karena dia tidak mempunyai anak.

Di suatu hari di awal sakitnya HAJI QOMAR ditengok oleh keponakkanya dari kakaknya yang lain yang bernama RANGGA. RANGGA mengatakan kesaksian bahwa GANGSAR berkata dia disuruh menyaksikan sebentar lagi akan ada seorang yang terlentang tak berdaya di atas tempat tidur..dan hartanya akan habis untuk membiayai pengobatannya saja..dan setelah itu dia akan mati.

------------------------------

Malam itu begitu syahdu bacaan sholawat dan tahlil bergema. HAJI QOMAR berada ditengah-tengah orang yang sedang berdzikir di aula pesantren KYAI IKROM. Tiba-tiba badannya bergetar semakin lama semakin kuat. Orang-orang yang berdzikir tetap berkonsentrasi penuh dengan bacaan Tahlil tak mempedulikan HAJI IKROM yang bergetar hebat. BADRI, ROMLAH dan Hj. AINUN terlihat cemas namun ditenangkan oleh USTAD ROFI’I. Tiba-tiba HAJI QOMAR berteriak “ALLAHU AKBAR” seiring bola api keluar dari badannya yang kemudian perlahan melayang dan selanjutnya hilang. Dengan berkeringat tiba-tiba HAJI QOMAR kembali bisa berdiri. Selanjutnya HAJI QOMAR melakukan sujud syukur. BADRI, ROMLAH dan Hj. AINUN segera menghampiri HAJI QOMAR.

-----------------------------
Pagi yang cerah, seluruh keluarga HAJI QOMAR berkumpul di beranda, riang dan dan canda anak dan cucu HAJI QOMAR menyemarakkan suasana pagi itu. Ada semburat kebahagian dari anak dan istri HAJI QOMAR setelah kesembuhan HAJI QOMAR dari sakitnya yang mendadak. HAJI QOMAR duduk dengan memangku cucunya anak HAJI BADRI.

HAJAH AMINAH (ISTRI HAJI BADRI) : “Eh.. SALMA turun dari eyang kasihan eyang berat.. nanti eyang bias sakit lagi..”

HAJI QOMAR : “Sudah nggak apa-apa BAPAK kuwat koq..”

Ditengah keriangan keluarga HAJI QOMAR tiba-tiba menyeruak ke dalam seorang perempuan muda sambil menangis tersedu-sedu dan langsung menuju ke pangkuan HAJI QOMAR. Dia bersimpuh dan memohon ma’af kepada HAJI QOMAR. Perempuan itu adalah SARTI istri dari GANGSAR.

SARTI : Hiks hiks hiks… ampun Om Haji.. Ampun.. MAS GANGSAR khilaf.. Maaf.. Om Haji Maaf..hiks hiks hisk”

Seluruh yang berada dalam ruangan beranda tersebut sontak berdiri. Sementara HAJI QOMAR hanya terpaku, matanya kosong ke depan. HAJI BADRI segera menghampiri SARTI dan mengangkat badannya untuk tidak memberati pangkuan HAJI QOMAR. Namun SARTI bersikukuh tidak mau beranjak sebelum HAJI QOMAR memaafkan GANGSAR. Tiba-tiba bibir HAJI QOMAR bergetar dan mengatakan sesuatu.

HAJI QOMAR : “Memangnya kenapa si GANGSAR”
SARTI : “Dia tidak bisa bangun Om Haji.. Badannya kaku semua.. semuanya tidak bisa digerakkan.. dan punggungnya melepuh…hiks hiks hiks hiks..”
HAJI QOMAR : “Terus apa salah saya, kok kamu minta tolongnya ke saya..”
SARTI : “Sudahlah Om Haji, MAS GANGSAR punya salah sama Om HAJI.. Saya mohon Om HAJI mau mema’afkan Mas GANGSAR…”
HAJI QOMAR terdiam, matanya meleleh.. Dia mulai tahu betul ternyata Santet itu berbalik ke Si GANGSAR. Batinnya tergoncang antara rasa marah dengan ketidaktegaan dengan ponakannya itu. Tiba-tiba dia teringat oleh almarhum kakaknya yang bernama JAONAH..ibu dari GANGSAR...seorang kakak yang dia sayangi.
HAJI QOMAR : “Astagfirulloh hal adzim……, hayo cepet kita ke sana..”

---------------------------------
Di ruang kamar tidur GANGSAR dua orang anak GANGSAR sedang menagis tersedu-sedu. Dihadapannya GANGSAR dengan mata yang kosong menatap ke langit-langit kamar. Badannya kaku dan dingin tidak bisa digerakkan sama sekali.
HAJI QOMAR dan HAJI BADRI segera memasuki kamar GANGSAR diikuti oleh SARTI dan rombongan keluarga HAJI QOMAR. HAJI QOMAR segera duduk di tepi ranjang tempat tidur GANGSAR. Dipegangnya tangan GANGSAR terasa dingin persis seperti tangan HAJI QOMAR sendiri sewaktu awal terserang sakit dulu. Kemudian HAJI QOMAR berdiri dengan memandang tajam wajah GANGSAR.
HAJI QOMAR : “Seandainya kamu GANGSAR memang punya salah sama aku,..aku maafkan.. aku ridho… aku nggak tega melihat kamu tersiksa begitu….”
Selesai HAJI QOMAR bicara tiba – tiba tangan GANGSAR dari jemari lengan dan badan secepat itu bisa digerakkan. SARTI istri GANGSAR segera merangsek menuju suaminya itu. GANGSAR kemudian bisa duduk. Dilihatnya di samping HAJI QOMAR yang berdiri GANGSAR segera lompat dan mencium kaki HAJI QOMAR. GANGSAR menangis sejadi-jadinya.

GANGSAR : “Ampun…om…ampun om.. ampun .. maafkan aku om.. maafkan aku om… hiks.. hiks.. hiks…hiks..”
Keadaan berubah menjadi haru biru…Diangkatnya tubuh GANGSAR oleh HAJI QOMAR dipandangnya dalam-dalam wajah keponakannya itu, kemudian dipeluknya…..

Tidak ada komentar: